Minggu, 10 Maret 2019

KENAPA PEREMPUAN JUGA PERLU NONTON “CAPTAIN MARVEL”?

Bioskop Indonesia sepertinya sedang kedatangan film-film menarik. Sebut saja Captain Marvel dan Dilan 1991, keduanya cukup menarik atensi masyakarat dan mampu membuat bioskop-bioskop di Indonesia penuh sesak dalam seminggu terakhir. Bahkan jika kalian ingin menonton salah satunya, rasanya perlu memesan jauh-jauh hari jika tidak ingin mendapat jatah duduk dekat layar. Setinggi itu animo masyarakat, sehingga saya bertanya-tanya “se-worth it apa sih film-film ini?”.

Untuk mendapatkan jawabannya, saya memutuskan untuk ikut menonton salah satu film tersebut. Pilihan saya jatuh pada film Captain Marvel. “Kenapa gak Dilan 1991 aja? “ Teman-teman saya membocorkan bahwa pada akhirnya Dilan dan Milea akan putus seperti akhir yang terjadi di buku. Saya jelas tidak ingin nonton, karena tidak perlu repot-repot menonton kisah cinta orang lain untuk bisa menangis, wong kisah cinta saya juga sedih kok!

Akhirnya saya memilih Captain Marvel sebagai pilihan. Jujur, saya bukan penggemar Marvel Universe, apalagi mengikuti film-filmnya yang lalu karena kurang suka dengan film yang banyak adegan berantem atau bertempurnya. Serial film yang menjadi bagian dari Disney ini pun kerap menjadi pilihan cadangan saya jika saya rasa tidak ada lagi film menarik yang saya tonton. Pada saat akan menonton pun saya sempat was-was tidak akan paham ceritanya karena belum menonton yang sebelumnya. Namun saya percaya dengan Marvel dan Disney, karena pasti ada hal lain yang lebih worth it untuk dinikmati dalam filmnya dari pada sekadar mementingkan alur cerita semata. Ternyata bener, lho! Marvel gak pernah ngecewain (gak kaya kamu *eh).

Inti ceritanya sih biasa, kali ini Marvel memperkenalkan seorang heroine baru yang sangat kuat dan memiliki kekuatan unik yaitu tangannya yang bisa mengeluarkan ledakan api. Pahlawan kita kali ini seorang perempuan bernama Carol Danver yang menjadi prajurit untuk bangsa Kree yang selalu bermusuhan dengan bangsa Skrull dan kemudian berpetualang mengelilingi semesta sampai bumi untuk menegakkan keadilan.
Saya gak akan spoiler tentang ceritanya secara detil, karena bukan itu yang akan saya ceritakan. Saya sampaikan kepada kalian semua, bahwa kesan yang saya dapatkan ditengah-tengah acara menonton adalah: film ini dirilis bulan Maret sebagai dukungan untuk International women’s day. Bahkan saya merasa film ini ditujukan khusus untuk para perempuan. Kenapa?

Kalau kalian sudah nonton film ini, kalian akan menemukan banyak peran-peran penting dimainkan oleh perempuan. Pemeran utama, sahabat sang heroine sesama pilot, ilmuwan, hingga tokoh antagonisnya juga seorang perempuan. Jujur, saya baru ini melihat film superhero yang identik dengan maskulinitas bisa begitu bagus dengan peran-peran pentingnya yang kebanyakan dimainkan oleh perempuan. Masalah perempuan menjadi antagonis atau protagonis itu tidak perlu dibahas, toh manusia dengan jenis kelamin apapun bisa bertindak jahat kan?

Selain itu, kalian akan menyadari bahwa kekuatan  yang didapatkan oleh Carol hingga menjadi sehebat itu disebabkan oleh satu hal: ketertindasannya sebagai anak perempuan. Carol tumbuh dalam keluarga yang cukup patriarki, bahkan mungkin ‘sangat’ patriarki. Ia dilarang untuk ikut balap mobil untuk anak-anak oleh ayahnya, diremehkan saat bermain softball, ditertawakan oleh rekan laki-laki saat pelatihan fisik menjadi angkatan udara , bahkan dilarang menerbangkan pesawat hanya karena ia seorang perempuan dan karena itu ia dianggap lemah. Perlakuan seksis itu yang membawanya bertekad untuk membantu seorang ilmuwan perempuan dari Kree dengan menjadi pilotnya untuk uji coba penemuan terbaru sang ilmuwan.

Film ini cukup membuat hati saya menghangat. Pasalnya, tekad Carol untuk membuktikan dirinya mampu dan berkompeten sebagai seorang pilot perempuan sangat menginspirasi khususnya bagi kaum perempuan. Carol membuktikan pada kita semua bahwa perempuan juga bisa menggapai impiannya, bisa berkontribusi untuk orang lain dan bisa berkompeten bahkan di dunia STEM seperti laki-laki jika diberikan kesempatan yang sama. Carol juga mengajak kita, perempuan, untuk berani mengejar passion dan bermanfaat bagi orang banyak. Yang lebih penting, hal itu kita lakukan untuk diri kita sendiri dan bukan untuk orang lain, seperti yang dikatakan oleh Carol pada kaptennya "I don't need to prove anything to you".

Bukan hanya Carol, pesan yang sama juga bisa kita dapatkan dari Maria, sahabat seprofesinya Carol. Menjadi ibu tunggal untuk anak perempuannya tidak menghalanginya untuk melanjutkan mimpinya mengemudikan pesawat yang sempat tertunda. Selain itu Kecerdasan Tertinggi (Supreme Intelligence), pemimpin tertinggi bangsa Kree, yang merupakan seorang perempuan juga membuktikan pada kita bahwa perempuan juga bisa memimpin. Jika kita masih berpikir bahwa perempuan tidak bisa memimpin hanya karena ia mengedepankan perasaan ketimbang logika, sepertinya kita perlu menggunakan koneksi internet dengan lebih baik agar lebih mengenal Ratu Elizabeth II dari Inggris dan Hillary Clinton yang merupakan seorang mantan senator di AS dan sempat mencalonkan diri sebagai presiden AS. Lagi pula, sepertinya yang terpenting sekarang bukan seberapa berlogika seorang pemimpin dalam memimpin, namun seberapa tinggi rasa kemanusiaannya. Berlogika namun tidak manusiawi hanya akan menimbulkan masalah kedepannya.

Jadi, menurut saya inilah alasan-alasan kenapa para perempuan perlu rasanya ikut nonton film ini walaupun terkesan maskulin. Dengan menonton film ini, semoga para perempuan bisa lebih mencintai dirinya sebagai perempuan dan lebih percaya diri untuk mengembangkan potensinya dan mengejar passion yang dimilikinya, seperti yang dilakukan Carol. Akhir kata, untuk para perempuan dimanapun kalian berada, selamat hari perempuan sedunia!