BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dikenal sebagai makhluk sosial,
yang artinya akan selalu bergantung pada orang lain. Berangkat dari hal
tersebut, maka manusia memerlukan tindakan kerjasama untuk dapat menjalankan
kehidupan dengan baik. Maka tak heran, jika banyak bermunculan
kelompok-kelompok atau organisasi yang dibentuk oleh manusia sebagai wadah
untuk bekerja sama demi mencapai tujuan yang diinginkan bersama, disamping
untuk menjalankan kehidupan dengan lebih baik.
Walaupun hal tersebut telah ada
sejak zaman nenek moyang kita, hidup dalam berkelompok dan berorganisasi tetap
tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi yang baik dan kondusif didalam
berkelompok, perlu adanya keharmonisan antar anggota serta peraturan yang harus
dilaksanakan.
Dalam pelaksanaannya, setiap
organisasi memerlukan orang-orang yang bisa mempengaruhi, mengarahkan, serta
memotivasi anggota-anggotanya agar tujuan yang telah disepakati dapat tercapai
dengan baik. Karena itulah, didalam organisasi muncul seorang pemimpin, yang
fungsinya untuk mengarahkan, mempengaruhi, memotivasi, serta mengawasi apapun
yang ada didalam organisasi.
Sejatinya, hubungan antara
pemimpin ataupun kepemimpinan dengan organisasi sangatlah erat, bahkan tak
dapat dipisahkan. Bukan cuma dengan organisasi, namun juga dengan kehidupan
kita sehari-hari. Bahkan Islam menyebutkan bahwa “diri kita sendiri adalah
pemimpin terhadap jasmani dan jiwa kita, yang akan dimintai pertanggung
jawabannya di hari akhir kelak”.
Sekarang ini, kepemimpinan telah
menjadi hal yang tak asing serta telah menjadi hal yang harus dipelajari oleh
setiap orang. Walaupun begitu, masih banyak orang yang tidak bisa memimpin
kelompoknya atau bahkan dirinya sendiri dengan baik. Masih sering kita dengar
tentang seorang pemimpin pemerintahan yang melakukan hal-hal yang tidak terpuji
seperti korupsi, atau bahkan tidak memimpin serta mengayomi masyarakatnya
dengan baik. Hal itu tentu melenceng dari tujuan-tujuan memimpin dan
kepemimpinan yang sebenarnya.
Islam pernah mempunyai contoh
pemimpin yang sangat baik dan diakui oleh dunia serta bisa dicontoh oleh semua
orang diseluruh dunia, yaitu Nabi Muhammad SAW. Sifat serta tindakan dalam
memimpin yang dilakukan Rasulullah SAW saat memimpin Madinah serta
masyarakatnya saat masanya tidak perlu diragukan lagi. Terbukti dengan Islam
yang mengalami masa kejayaan pada saat Rasulullah SAW memimpin dan diikuti oleh
kepemimpinan para sahabatnya yang sampai bisa memperluas kekuasaan Islam hingga
ke Eropa. Dan tentu, hal itu tak lepas dari ajaran-ajaran Islam yang dipegang
oleh Rasulullah SAW serta para sahabatnya.
Oleh karena itu, untuk menjadi
pemimpin yang berkualitas lagi baik, kita perlu mencontoh kepemimpinan
Rasulullah SAW. Selain itu, kita juga perlu mengetahui dan terus menggali ilmu
kepemimpinan dalam perspektif Islam melalui makalah ini, yang diharapkan bisa
menjadi ilmu serta bekal kita dalam memimpin. Baik itu memimpin orang lain
maupun diri sendiri.
1.2 Rumusan Masalah
- Bagaimana seluk beluk kepemimpinan dan pemimpin?
- Bagaimana kepemimpinan dalam perspektif Islam?
- Apa manfaat dari mempelajari tentang kepemimpinan?
1.3 Tujuan
- Untuk mengetahui seluk beluk kepemimpinan dan pemimpin.
- Untuk mengetahui tentang kepemimpinan dalam perspektif
Islam.
- Untuk mengetahui manfaat dari mempelajari tentang
kepemimpinan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KEPEMIMPINAN
2.1.1 Pengertian
Kepemimpinan
Kepemimpinan secara etimologi
terjemahan dari kata “leadership” yang berasal dari kata “leader”.
Pemimpinan (leader) adalah orang yang memimpin, sedangkan
pimpinan merupakan jabatannya. Dalam pengertian lain, secara etimologi istilah
kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin”yang artinya bimbing
atau tuntunan. Dari “pimpin” lahirlah kata kerja “memimpin” yang
artinya membimbing dan menuntun.
Selain itu, kata “pemimpin” telah
didefenisikan oleh banyak ahli. Stogdill dalam Keith Grint (1997:114)
menjelaskan bahwa kepemimpinan ialah sebagai suatu tindakan mempengaruhi
kegiatan kelompok dalam usaha menyusun dan mencapai tujuannya. Di dalamnya
terdiri dari unsur-unsur kelompok (dua orang atau lebih), ada tujuan dalam
orientasi kegiatan serta pembagian tanggung jawab sebagai bentuk perbedaan
kewajiban anggota. Pendapat tersebut menegaskan bahwa kepemimpinan merupakan
proses mempengaruhi aktivitas individu atau kelompok dalam usaha kearah
pencapaian tujuan dalam situasi tertentu.
Tetapi, proses mempengaruhi
tersebut bukan hanya dilakukan oleh pemimpin, namun juga sebaliknya. Artinya,
antara pemimpin dan anggota saling mempengaruhi (Achua dan Lussier,2010:6).
Kepemimpinan adalah proses
memberikan inspirasi orang lain untuk bekerja keras dalam mencapai tugas-tugas
penting (Schermerhorn, 2010:434). Disini dipahami bahwa kepemimpinan merupakan
proses memberikan inspirasi kepada bawahan atau anggota. Intinya adalah
bagaimana penimpin mempengaruhi bawahan agar mau bekerja keras dengan sukarela
dalam mencapai tujuan.
Kemudian Owens (1995:117)
menegaskan bahwa kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi prilaku orang
lain melalui interaksi sosial. Dengan kata lain, kepemimpinan terjadi dalam
interaksi dua orang atau lebih, dan tujuan pemimpin adalah berusaha
mempengaruhi prilaku orang lain baik perorangan maupun kelompok.
Berdasarkan pendapat diatas,
dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi tindakan orang
lain, anggota secara individu dan kelompok dengan interaksi dua arah agar mau
bekerja sama secara sukarela dalam rangka mencapai tujuan bersama, memberikan
inspirasi, memberikan perintah serta memotivasi anggotanya.
2.1.2 Keterampilan
dan Karakteristik Kepemimpinan
Keberhasilan
atau kegagalan suatu organisasi sebagian besar ditentukan oleh mutu
keterampilan kepemimpinan yang dimiliki orang-orang yang diangkat atau diserahi
tanggung jawab sebagai manajer atau pemimpin dalam suatu organisasi. Para
pemimpin harus memiliki keterampilan dan sifat-sifat yang baik sebagai syarat
sukses bagi seorang pemimpin dalam organisasi tertentu.
Dalam aplikasinya, kecakapan dan keterampilan seorang pemimpin mencakup hal-hal yang
berikut: (1) Mengetahui bidang tugasnya, (2) Peka atau tanggap terhadap keadaan
lingkungannya, (3) melakukan hubungan antar manusia (human relation) dengan baik, (4) mampu melakukan koordinasi, (6) Mampu
mengambil keputusan secara cepat dan tepat, (7) Mampu mengadakan hubungan
masyarakat.
Kemudian, George R. Terry dalam bukunya “Principles of Management”, 1964
memaparkan sepuluh karakteristik pemimpin yang unggul, yaitu: (1) kekuatan, (2)
stabilitas emosi, (3) pengerahuantentang relasi insani, (4) kejujuraan, (5)
objektif, (6) dorongan pribadi, (7) keterampilan berkomunikasi, (8) kemampuan
mengajar, (9) keterampilan sosial, (10) kecakapan teknis atau kecakapan
manajerial.
2.1.3 Peranan dan
Efektivitas Kepemimpinan
Seperti yang kita tahu,
kepemimpinan merupakan hal yang dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja,
serta sangat merekat dalam kehidupan aktivitas manusia. Baik dalam lingkungan
masyarakat, pendidikan, maupun lingkungan kerja sebagai bentuk usaha dalam
mencapai tujuan bersama yang diinginkan.
Menurut Achua dan Lusier
(2010:11) paling tidak ada tiga peran pemimpin dalam kepemimpinannya, yaitu:
(1) peranan interpersonal (juru bicara, pemimpin, dan perantara), (2) peran
informasional (pemantau, penyebar gagasan, dan juru bicara, (3) peran pengambil
keputusan (wirausaha, pemecah masalah, alokasi sumber daya, negosiator). Sejatinya,
peranan pemimpin adalah untuk mempengaruhi orang dan mengarahkan orang lain,
dalam hal ini anggotanya, untuk melakukan hal-hal yang bisa mewujudkan sesuatu
yang telah menjadi tujuan bersama. Banyak para pemimpin yang telah menunjukkan
eksistensi dan peran strategisnya, seperti contoh Nabi Muhammad SAW, Ir.
Soekarno, Mahatma Gandhi, Martin Luther King, Nelson Mandela, dan lain-lain. Mereka merupakan para pemimpin
dunia yang berpengaruh lalu muncul ke permukaan dan mencetak sejarah.
Peranan pemimpin didalam biduk
kepemimpinan secara singkat yaitu memandu, menuntun, membimbing, membangun,
memberi, atau membangunkan motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi,
menjalin jaringan komunikasi-komunikasi yang baik, memberikan pengawasan yang
efisien, dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dicapai, sesuai
dengan waktu perencanaan.
Selain itu, pemimpin pada umunya
merefleksikan sifat-sifat dan tujuan dari kelompoknya. Kelompok kriminil akan
memilih pemimpin yang ahli dalam hal kejahatan. Sekumpulan orang ambisius dan
dan radikan, akan memilih orang yang paling radikal sebagai pemimpin. Jadi,
pemimpin itu sedikit atau banyak pasti merupakan ringkasan pendek dari sikap
mental kelompoknya pada saat itu.
Kepemimpinan dapat menjamin keberhasilan
tugas seorang pemimpin. Namun hasil kerja atau pelaksanaan tugas tidak selalu
dicapai dengan efektif karena berbagai faktor yang mempengaruhinya. Hasil kerja
seorang pemimpin baru dikatakan efektif apabila terdapat keampuhan dalam
pelaksanaan tugas yang dicapai baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
Ketidak efektifan suatu tugas dapat pula terjadi karena tidak dilaksanakan oleh
tenaga profesional, tidak berpengalaman, tidak memiliki kemampuan prima, daya
dukung dan anggota organisasi rendah.
2.2 KEPEMIMPINAN
DALAM PERSPEKTIF ISLAM
2.2.1 Konsep
Kepemimpinan Islam
Kepemimpinan merupakan
tanggungjawab, bukan merupakan fasilitas tetapi kepemimpinan memerlukan
pengorbanan dan melayani orang yang dipimpin. Dalam Islam, arti pentingnya
kepemimpinan ditegaskan dalam hadist Nabi dari Ibnu Umar sebagai berikut:
حديث عبدالله بن عمر رضى الله عنه،
أنّ رسول الله صلّى الله عليه وسلّم، قال: كلّكم راع فمسؤل عن رعيّته، فالأمير
الّذى على النّاس راع وهو مسؤول عنهم، والرّجل راع على أهل بيته وهومسؤل عنهم،
والمرأة راعية على بيت بعلها وولده وهى مسؤلة عنهم، والعبد راع على مال سيّده وهو
مسؤل عنه، ألا فكلّكم راع وكلّكم مسؤل عن رعيّته.
أخرجه البخارى فى ٤٩ كتاب العتق: ١٧
باب كراهية التطاول على الرقيق
Hadits dari Abdullah
bin Umar r.a bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Semua kamu adalah pemimpin dan
bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang imam (amir) pemimpin dan
bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang suami pemimpin dalam keluarganya dan
bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Seorang isteri pemimpin dan bertanggung
jawab atas penggunaan harta suaminya. Seorang pelayan (karyawan) bertanggung
jawab atas harta majikannya. Seorang anak bertanggung jawab atas penggunaan
harta ayahnya. (HR. Bukhari).
Dari hadis
di atas dapat disimpulkan bahwa selama manusia masih merupakan makhluk sosial,
mereka selalu ingin hidup bersama dalam masyarakat,
maka setiap orang akan dituntut untuk mengambil perannya sebagai seorang
pemimpin di masyarakatnya masing-masing baik dalam masyarakat yang primitif
maupun modern. Masing-masing individu harus mempertanggungjawabkan apa yang
telah dilakukannya, baik sebagai pemimpin resmi yang diangkat oleh kelompoknya
maupun pemimpin alami, seperti dalam keluarga.
Selain itu,
konsep kepemimpinan dalam Islam juga
diuraikan dalam surah Al-Baqarah ayat 124 sebagai berikut:
وَإِذِ
ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ
لِلنَّاسِ إِمَاماً قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِي قَالَ لاَ يَنَالُ عَهْدِي
الظَّالِمِينَ
[Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa
kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah (setelah
itu) berfirman: “Sesungguhnya Aku menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”.
Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman:
“Janji-Ku (ini) tidak berlaku untuk orang-orang zalim”.]
Menurut
ayat diatas, ada beberapa hal yang perlu ditegaskan. Pertama, kepemimpinan dalam pandangan Alqur’an bukan sekedar
kontrak sosial antara antara pemimpin dengan masyarakatnya, tetapi juga
merupakan ikatan perjanjian antara dia dengan Allah swt, dengan kata lain
amanat dari Allah. Kedua,
kepemimpinan menuntut keadilan, karena keadilan adalah lawan dari sifat zalim
atau aniaya yang dijadikan syarat oleh ayat diatas, dan keadilan tersebut harus
dirasajan oleh semua pihak.
2.2.2 Sifat-sifat
dalam Kepemimpinan Islam
Jika kita cermati dari Alqur’an
dan Hadis, ada empat sifat yang harus dipenuhi seorang pemimpin. Dan hal ini
telah ditunjukkan oleh para nabi dan rasul seperti Nabi Muhammad SAW dan yang
lainnya yang notabene adalah pemimpin umat pada zamannya. Hal-hal tersebut
adalah:
a.
Ash-Shidiq,
yaitu kebenaran dan kesungguhan dalam bersikap, berucap, serta dalam
melaksanakan tugasnya sebagai seorang pemimpin. Dalam kepemimpinan, sifat jujur
merupakan hal yang utama untuk menciptakan kepemimpinan yang sukses. Karena
dengan kejujuran, pemimpin tersebut akan dicintai oleh bawahannya, sehingga
dengan hubungan yang baik antara pemimpin dengan bawahannya akan tercapailah
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dan sukseslah kepemimpinannya.
b.
Amanah, berarti
mempu memikul tanggung jawab dengan baik dalam melaksanakan setiap tugas dan
kewajiban. Pemimpin seharusnya memelihara sebaik-baiknya apa yang diserahkan
padanya, baik amanah dari Allah mupun dari orang-orang yang dipimpinnya.
Apabila pemimpin telah amanah dan bertanggung jawabdalam melaksanakan setiap
tugas dan kewajibannya, maka kepemimpinannya akan sukses karena dengan sifat
amanah yang ditampilkan dari kejujuran, keterbukaan, dan pelayanan yang optimal,
maka bawahan akan mendukung sang pemimpin sepenuhnya.
c.
Fathanah, yaitu
kecerdasan. Dalam kepemimpinan, sifat cerdas dari seorang pemimpin akan
melahirkan kemampuan menghadapi dan menanggulangi persoalan atau konflik yang
muncul dalam kepemimpinannya.
d.
Tabligh, yaitu
penyampaian atau komunikasi yang baik dalam kepemimpinan. Jika suatu
haldisampaikan dengan hikmah, sabar, argumentatif, dan persuasif akan menumbuhkan
hubungan manusia yang semakin solid dan kuat (Hafidhuddin dan Hendri, 2003).
Oleh sebab itu, pemimpin harus mempunyai kemampuan mempengaruhi yang baik serta
sabar sehingga dapat menciptakan situasi organisasi yang aman dan damai.
2.2.3 Unsur-unsur Kepemimpinan
dalam Islam
Berdasakan
buku “Manajemen Organisasi Pendidikan:
Perspektif Sains dan Islam” karangan Prof. Dr. Syafaruddin, M.Pd, Unsur-unsur
yang sangat urgen bagi pemimpin dalam kepemimpinan yang harus dikuasai oleh
seorang pemimpin yaitu:
a.
Musyawarah.
Melalui ayat-ayat Alqur’an, Islam sangat menganjurkan musyawarah dalam setiap
pengambilan keputusan didalam kelompok untuk mendapatkan keputusan yang
terbaik. Mengapa demikian? Jika suatu keputusan ditentukan dengan cara
musyawarah, maka semua pihak yang terlibat akan menerima dengan lapang dada
karena keputusan yang diambil adalah hasil dari kesepakatan bersama, sehingga
keputusan tersebut bisa diimplementasikan dengan baik.
b.
Keberanian dalam
Kebenaran. Sifat berani dalam kebenaran merupakan kekuatan jiwa yang
mengagumkan yang dimiliki oleh pemimpin sebagai bukti atas keimanannya kepada
Allah swt. Berdasarkan surah Al-Ahzab ayat 33, Allah menyebutkan bahwa orang
yang takut pada Allah tidak akan takut pada siapapun dalam memihak kebaikan
serta berani menegakkan keadilan dan kebenaran. Tetapi, ia juga harus bisa
tegas dalam memberikan alasan dari tindakannya tersebut.
c.
Optimisme.
Optimisme adalah kekuatan jiwa yang positif dan efektif. Orang yang bersifat
optimis akan melihat sesuatu dengan senyum dan penuh harapan. Sifat ini akan
menghindarkan seorang pemimpin dari sifat mudah putus asa dan putus harapan.
Selain itu, sifat putus asa dilarang oleh Allah swt, karena akan meruntuhkan
tujuan dan cita-cita seseorang. Maka jika ingin meraih hasil yang terbaik,
seorang pemimpin tidak boleh berputus asa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kepemimpinan adalah proses
mempengaruhi tindakan orang lain, anggota secara individu dan kelompok dengan
interaksi dua arah agar mau bekerja sama secara sukarela dalam rangka mencapai
tujuan bersama, memberikan inspirasi, memberikan perintah serta memotivasi
anggotanya.
Keberhasilan atau kegagalan suatu
organisasi sebagian besar ditentukan oleh mutu keterampilan kepemimpinan yang
dimiliki pemimpin. Maka dari itu, seorang pemimpin harus bisa memenuhi
indikator sebagai pemimpin, yaitu pandai memandu, menuntun, membimbing,
membangun, memberi, atau membangunkan motivasi-motivasi kerja, mengemudikan
organisasi, menjalin jaringan komunikasi-komunikasi yang baik, memberikan
pengawasan yang efisien, dan membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin
dicapai, sesuai dengan waktu perencanaan.
Dalam
pandangan Islam, setiap kita adalah pemimpin atas diri kita sendiri dan akan
dimintai pertanggung jawabannya di akhirat kelak. Artinya, pemimpin bukan hanya
bertanggung jawab kepada anggotanya, tetapi juga tuhannya. Maka seorang
pemimpin harus memenuhi kriteria yang baik, yaitu Shidq (jujur), Amanah (bertanggung
jawab), Fathanah (cerdas), serta Tabligh (terbuka dan pandai
berkomunikasi dengan baik).
3.2 Saran
Dengan semakin
banyaknya mengkaji tentang kepemimpinan terutama dalam perspektif Islam,
diharapkan semakin bertambahnya ilmu-ilmu mengenai kepemimpinan yang baik, agar
menjadi bekal untuk diri jika kelak menjadi pemimpin atau manajer dalam suatu
organisasi. Selain itu, ilmu-ilmu dalam makalah ini diharapkan bisa
diaplikasikan didalam kehidupan organisasi, baik formal maupun informal.
DAFTAR PUSTAKA
Syafaruddin.
2015. Manajemen Organisasi Pendidikan:
Perspektif Sains dan Islam. Medan: Perdana Publishing.
Kartono,
Kartini. 1983. Pemimpin dan Kepemimpinan.
Jakarta: Rajagrafindo Persada.