Senin, 03 Juli 2017

Lagi-lagi Moral...

Mari kita tinggalkan sejenak pro dan kontra mengenai konten Reza Arap Oktovian yang saya bahas pada postingan sebelumnya.

Beberapa tahun terakhir marak sekali kita gembor-gemborkan pendidikan moral dan etika. Seperti yang saya katakan sebelumnya, seluruh pihak dibutuhkan sumbangsihnya dalam menggalakkan hal ini.

Mirisnya, ketika para orang tua meresahkan anak-anaknya yang menjadi nakal karena pengaruh youtube dan teknologi, mereka tidak menyadari, bahwa potensi terbesar si anak menjadi kurang beretika lebih mungkin terjadi karena orang tuanya.

Saya salah satu pelanggan KRDI (sejenis KRL) dengan rute perjalanan Binjai-medan dan sebaliknya. Kereta api hanya satu, dan Kereta itulah yang bolak balik mengantar penumpang. Otomatis, ketika penumpang turun maka sudah ada penumpang lain yang berdiri dengan manis didepan pintu, siap naik KRDI.

Ada saat dimana saya merasa miris sekali. Bukan terjadi satu-dua kali, namun berulang kali.
Sering saya lihat ibu-ibu calon penumpang yang akan naik memanfaatkan anak yang dibawanya (kemungkinan berusia 6-11 tahun) agar si ibu dan keluarganya yang lain bisa mendapat tempat duduk dengan cara menjagakan tempat duduk tersebut (sistemnya seperti KRL di Jakarta, jika cepat maka akan dapat tempat duduk). Sebelum orang-orang turun dari kereta, si ibu mendorong anaknya untuk nyempil dan naik keatas kereta duluan, sebelum semua orang turun, dan berkata "dek naik dek cepat. Cari tempat duduk ya. Empat."

:((

Selain termasuk eksploitasi anak, secara tidak langsung si ibu juga mengajarkan anak untuk tidak sabaran dan menyerobot. Kemungkinan si anak akan terbiasa menyerobot tanpa menunggu orang-orang yang wajib diberikan jalan turun terlebih dahulu. Maka bisa jadi, si anak tumbuh menjadi orang-orang dewasa lainnya yang banyak saya temui saat naik KRDI; menyerobot untuk masuk tanpa memberikan kesempatan orang lain untuk turun dahulu dari kereta. Orang dewasa yang bertipe seperti ini mulai banyak. Banyak sekali. Ini berbahaya. Ketika ada satu orang yang mulai melakukan itu, maka yang lainnya ikut menyerobot. Alhasil orang yang turun dan naik akan saling dorong-dorongan. Kalau sudah begitu tinggal tunggu siapa yang akan jatuh terdorong.

Para petugas Kereta Api saya rasa sudah capek mengingatkan. Sampai tak segan untuk menarik baju orang-orang yang berniat menyerobot masuk. Mungkin karena hal itu, para ibu-ibu tadi menyuruh anaknya untuk menyerobot.
Ya memang si anak nyempil-nyempil sehingga lebih mudah dan dia ga akan terdorong. Tapi pembiasaan seperti itu bisa terbawa olehnya hingga dewasa.

Padahal jika orangtuanya paham pentingnya budaya santun dan etika, dia akan mengajarkan anaknya untuk antre dan menunggu dengan sabar hingga tidak ada orang yang turun lagi. Itu akan menjadi pembelajaran yang bagus sekali untuk anak. Belum lagi etika didalam transportasi umum, antre beli tiket, dsb. Wah, banyak sekali sesuatu yang bisa diajarkan ke anak. Sangat disayangkan sebenarnya.

seniorku pernah bilang "sebenarnya, orang tua berkewajiban mendidik anaknya secara maksimal dari awal hingga ia akil baligh". Jadi sangat baik jika segala aspek kehidupan kita diusahakan berunsur baik, sehingga bisa jadi media pendidikan untuk anak-anak kita.

Maaf, mungkin saya lancang menulis ini. Padahal saya belum jadi orang tua. Nikah aja belum. Masih 19 tahun. Tapi bagaimana lagi, bukankah ingat mengingatkan tidak berbatas umur?

semoga bermanfaat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar