Rabu, 24 November 2021

My Pregnancy Story: Memilih Dokter Kandungan di Jakarta Selatan

 Holla!^^


Ya ampun, udah lama kayanya ga nulis blog hehe. Kali ini mau nulis...semacam review? Pengalaman? Begitu lah pokoknya. Gak pakai bahasa formal ya, soalnya niatnya mau sharing aja.

Gak terasa udah di usia kehamilan 34 minggu! Yeay! Artinya sekitar 1,5 bulan lagi akan ketemu sama si baby boy di dalam perut (iya, baby boy. Setelah 2x diagnosa nya perempuan, ternyata saat USG fetomaternal baru ketahuan bahwa sebenarnya baby boy, lengkap keliatan testisnya di USG, hahaha. Padahal udah siapin nama buat anak cewe XD).

Aku gak akan cerita tentang perjalanan hamilnya. Kayanya nanti aja, kalau ada semangat nulis lagi, hahaha. Kali ini niatnya mau review beberapa dokter obgyn yang pernah aku datangin, khususnya dokter obgyn di Jakarta Selatan (karena rumah di jaksel, jadi cari dokter yang daerah jaksel aja sih hehe). Kenapa aku tergerak untuk nulis review? Karena aku termasuk orang yang rajin cari tau tentang dokter obgyn yang mau didatangi sebelum periksa. Biasanya juga aku milih dokter based on review di google. Ada beberapa dokter yang aku agak sulit menemukan review nya, jadi aku berusaha membantu bumil lain biar ga kesusahan dapat info seperti aku, huehehe.

Langsung aja deh aku review beberapa dokter obgyn yang pernah aku datengin.

1. dr. Tamtam Otamar Samsudin, Sp.OG - RS MMC Kuningan

Ini dokter obgyn pertama yang aku datengin. Waktu itu aku periksa ke beliau di RS MMC di kuningan (setauku beliau juga praktik di RS Siloam Asri, Duren Tiga). Sebenarnya gak sengaja juga ke dokter Otamar. Waktu itu aku baru tespek hamil di sabtu sore dan ternyata positif. Tapi, sebelumnya aku sempat divonis Infeksi Saluran Kemih. Kata suami, mungkin aja hasilnya positif karena ISK. Karena takut dan mau memastikan, akhirnya kita paksain cari dokter obgyn yang praktik hari minggu. Dapat lah dr. Otamar di RS MMC.

Aku cukup bersyukur bahwa dr. Otamar itu dokter obgyn pertamaku, karena beliau menurutku bagus banget. Beliau sangat komunikatif dan kebapakan. Kita gak perlu tanya ini itu, malah dr. Otamar sendiri yang nanya ini itu ke kita dan menjelaskan semua hal yang perlu diketahui calon ortu baru yang masih bingung ini, hehe. Sampai-sampai kita tuh bingung mau nanya apa lagi, karena semua sudah dijelaskan beliau. 
Cara bicaranya seperti bapak ke anak, agak ceplas ceplos tapi masih menyenangkan. Yaa gimana rasanya dinasihatin bapak sendiri, deh. Aku sampaikan kalau aku sempat divonis ISK dan aku tunjukin hasil lab, jawaban beliau cukup nenangin, "ah, enggak kok. Mana keterangan ISK? Ini mah karena kurang minum. Obatnya mau tau apa? Harus banyak minum." Cukup lega mendengar penjelasan beliau. Mungkin ada kali ya sekitar 30 menit check up ke beliau. 

Cukup puas sih, walau dengan beliau banyak pantangannya (apalagi aku punya riwayat asam lambung). Pas USG dijelasin ini itu, sesi konsul juga memuaskan. Sepanjang aku check up kehamilan, dengan beliau lah yang paling lama. Beliau juga pro normal, jadi dari awal aku diwanti-wanti buat rajin gerak dan gak males. "Mau lahiran normal kan? Harus rajin, ya. Anak itu akan kebawa ibunya, loh. Kalau ibunya males, nanti anaknya juga ikutan males."

Di akhir, aku diresepkan obat yang lumayan banyak. Ada sekitar 5 macam. Enaknya lagi, dr. Otamar menjelaskan satu persatu obat-obat itu manfaatnya apa saja dan kenapa dia meresepkan obat itu ke aku. Ini bagus banget, aku jadi aware sama yang aku konsumsi, dan bisa mengerti untuk minum obatnya sesuai kebutuhan.

Tapi ternyata benar kata orang, ada harga ada rupa. Setelah check up dan ke bagian administrasi, kita disodorin bill pembayaran yang ditotal sekitar 1,5 juta!
Kaget? Jelas lah, hahaha. Gak sangka bisa semehong itu, cuy! Setelah dilihat-lihat, obatnya aja sampai 500 ribuan, usg sekitar 300 ribu, belum lagi biaya konsul sampai 400 ribu dan biaya buku KIA (btw buku KIA nya bagus, bisa tahan lama dan gak gampang lecek). Yah, pantes banget bisa konsul sampai setengah jam sendiri, hahaha.

Dan aku juga baru sadar bahwa alat USG di RS MMC memang sebagus itu, lho!
Soalnya selanjutnya aku USG di RS yang jauh lebih murah, tapi begitu aku tanya detak jantung bayi di usia 9 weeks, kata dokternya belum ketahuan. Sedangkan di RS MMC usia 6 weeks udah ketahuan. Emang harga gak bisa bohong sih ya, hihihi.

2. dr. Mariza Yustina, Sp.OG - RS JMC Warung Buncit

Karena check up di RS MMC lumayan jauh dari apartemen (dan lumayan pricey juga untuk ukurang kantong kami, hehe), akhirnya kami cari opsi lain. Yup, kami memutuskan untuk coba check up ke RS JMC yang di Warung Buncit, jaksel. Kami coba ke sini atas rekomendasi dari tantenya suami yang 2x melahirkan di situ. 

Memang setelah dicek, biaya di sana lumayan terjangkau. Lahiran SC di sana untuk kelas yang 1 orang perkamar tuh cuma sekitar 20 juta. Aku check up kehamilan cuma dikenakan 300 ribuan (tanpa obat). Walau begitu, menurutku pelayanan RS nya masih termasuk bagus dan pegawainya ramah (ini aku bayar pribadi ya, gak tau kalau BPJS). Cuma memang agak lama saat pembayaran dan tebus obat. 

Aku konsul dengan dr. Mariza di usia kehamilan 9 minggu. Oh iya, setauku dr. Mariza juga praktik di RS Hermina Ciputat.
Cukup nyaman sih konsul dengan dr. Mariza, karena beliau juga pembawaannya lembut dan kalem. Beliau juga bukan tipe yang nakutin. Waktu itu aku sempat khawatir karena susah makan dan beratku turun terus, tapi beliau nenangin aku, "selama ukuran janinnya normal, gak apa-apa, buk. Tapi diusahakan makan ya, selagi bisa. Makan roti, nyemil, makan daging/ayam/telur/ikan biar beratnya nambah. Kalau buah saja belum cukup, karena buah banyak mengandung air dan tidak ada proteinnya."

Walau nyaman, tapi aku merasa kurang puas aja konsul dengan dr. Mariza. Menurutku beliau kurang komunikatif (mungkin karena di awal udah dibawelin dr. Otamar kali ya, hahaha). Saat USG kurang dijelaskan, cuma kasih tau HPL, selebihnya bilang "normal, bagus, baik". Selain itu dr. Mariza juga jarang menjelaskan sesuatu kalau gak ditanya. Sesi check up nya juga bentar, paling lama 15 menit. Ya namanya juga baru pertama kali hamil, pasti masih bingung dan butuh banyak arahan, kan? Tapi ya sudahlah, biaya konsulnya juga terhitung murah. Dan juga dengan alat USG yang biasa saja (alatnya baru bisa menghitung detak jantung janin di uk 11 minggu, hahaha), biayanya terhitung worth sih. Begitu pun antrian pasien dr. Mariza lumayan rame, loh. Kami pernah datang pukul 10 dan baru diperiksa pukul 12. Tapi kadang nunggu 15 menit udah dipanggil. Tergantung rame atau tidaknya antrian lah, hahaha.

3. dr. Afifah Khairani, Sp.OG - Smart Pregnancy Clinic

Waktu itu harusnya kami check up kehamilan keempat, saat angka kasus covid-19 sedang tinggi-tingginya. Lebih membingungkan lagi, ternyata RS JMC jadi RS rujukan covid. Kami langsung cari opsi tempat lain. Kepikiran ke RSIA karena di RSIA tidak terima pasien covid, tapi setelah dicek biaya check up di RSIA lumayan mahal. Karena itu kami coba cari opsi klinik, dan ketemu lah SPC ini. Kebetulan dekat apartemen dan sering lewat, jadi udah lumayan tau tempatnya. Biayanya juga masih standar. Biaya check up sekitar 450 ribu, belum termasuk obat. Di SPC, aku konsul dengan dr. Afifah.

Nah, dr. Afifah ini masih jadi dokter obgyn ku sampai sekarang, soalnya aku merasa cocok dengan beliau. Orangnya lembut, baik, ramah, dan cukup komunikatif. Di pertemuan pertama aku bahkan dipanggil "din" (namaku), bukan dipanggil "bu", jadi terasa akrab dengan beliau. Mungkin karena beliau lihat aku juga masih muda ya.

Saat USG, beliau menjelaskan dengan detail. Beliau kasih tau tuh ini lagi periksa apa, kepalanya mana, kakinya mana, beratnya, djj nya, sampai dijelaskan juga istilah-istilah di USG nya. Pokoknya USG nya bisa beneran clear lah. Oh iya, beliau juga pro normal banget dan VBAC, loh. Di SPC juga bisa diusahakan VBAC dan bisa gentlebirth. Di uk 32 minggu, si baby boy kepalanya masih di atas, jadi aku diwanti-wanti dr. Afifah utk banyak sujud, ikut yoga dan melakukan gerakan-gerakan yang bisa mengoptimalkan posisi janin. Aku agak takut karena kepalanya masih di atas, ditambah lagi ada 2 lilitan di leher baby. Tapi dr. Afifah nenangin aku. Beliau bilang, "gak apa-apa, din. Masih bisa diusahakan. Pasien saya kemarin ada yang udah 39 masih bisa muter kepalanya. Nunggingnya ditambah lagi ya, jadi 6x sehari. Untuk lilitan, gak jadi masalah dan gak bahaya. Pokoknya kita usahakn dulu, ya." Di saat aku udah agak hopeless, beliau malah yang optimis banget. Huhu, sayang deh sama dr. Afifah.

Oh iya, dr. Afifah ini juga praktik di RSIA Kemang atau Kemang Medical Care (KMC). Aku cukup bersyukur bisa konsul dengan beliau di klinik dengan biaya yang lumayan terjangkau. Kalau di KMC kayanya ga sanggup, deh. Habisnya mehong, bok! Secara ya, KMC kan RS langganan artis. Raisa aja lahiran di sana. Biaya konsulnya 1x kayanya setara biaya makan sebulan. Hihihi.

4. dr. Febriansyah Darus, Sp.OG (K) - Smart Pregnancy Clinic

Aku periksa dengan dr. Febri hanya untuk US Fetomaternal sebenarnya. Di usia kehamilan 26 minggu, aku direkomendasikan dr. Afifah untuk USG Fetomaternal, walaupun kehamilanku baik dan gak ada masalah. Tapi gak apa, untuk berjaga-jaga.

Aku cukup berekspektasi lebih di USG ini, karena harganya yang lumayan mahal dan katanya USG nya lebih detail. Karena itu aku berekspektasi penjelasan USG nya harusnya lebih detail lagi. Ternyata foto USG dan laporan untuk ke obgyn nya yang lebih detail, bukan penjelasan ke kita nya. Agak kecewa tapi gak apa-apa, yang penting semuanya baik dan normal.
Kalau dr. Febri nya sendiri menurutku kurang komunikatif sih, banyak diamnya, walau beberapa kali beliau bercanda ke kita dan berusaha mencairkan suasana. Tapi memang saat dengan dr. Febri aku gak banyak tanya, karena aku cuma USG feto, kan? Yang tahu banyak kondisiku tetap dr. Afifah, jadi gak terlalu masalah dengan dr. Febri.

Btw, saat USG dengan dr. Febri perutku agak sakit rasanya. Beliau kayanya terlalu menekan dan kurang lembut, deh. Aku jadi gak fokus merhatiin layar USG. Tapi kayanya dokter cowo tuh begitu ga, sih? Kurang lembut aja gitu. dr. Otamar juga lumayan sakit pas USG, tapi gak sesakit dr. Febri (mungkin karena dengn dr. Febri kandungannya sudah lebih gede).

Yak, itu dia beberapa dokter obgyn khususnya di Jakarta Selatan yang pernah aku datangin. Mungkin ya, akan nambah satu lagi (kalau misalnya aku jadinya SC). Kalau di usia kehamilan 38 minggu masih sungsang, aku akan langsung check up ke RS Budhi Jaya (karena aku rencana mau SC Eracs di sana). 

Sudah coba riset dokternya yang bagus di sana. Yang terkenal sih prof. Ichramsjah, tapi sepertinya aku gak ke beliau, deh. Soalnya pasiennya pasti banyak, dan beliau spesialis fertilitas. Yang periksa ke beliau pasti kebanyakan yang sedang program punya anak, dan sepertinya akan rame. Jadi aku bakal coba ke dr. Ichnandy. Aku baca-baca, beliau ahli laparaskopi juga dan cukup sering bedah membedah sepertinya. Makin yakin lah aku, dan masih nyambung kalau aku mau sc dengan beliau, hehe.

Segitu dulu, deh. Ntar aku bakal tulis pengalaman lahiran (kalau udah lahiran). Apalagi kalau lahirannya dengan Eracs, karena belum banyak yang bahas ini. Nantikan aja, ya. Bye!^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar